Wednesday, September 27, 2006

Dan Dia Menatapku

Hatiku beku

gelincir licin tanah yang mengeras di Roche sur Foron

atau Paris pada suatu pagi

Aku rindu butiran salju saat pagi di jendelaku

Putih yang bersih, indah dan damai


Dan dia menatapku

Tangannya seperti akan merengkuhku

Hatiku beku

Seperti jemari yang kaku

saat langkah tertera di Carroussel du Louvre

Di hari yang mendung dan Eiffel tampak kelabu


Dan dia berjalan mendekatiku

Matanya seperti akan memelukku

Hatiku beku

Seperti angsa-angsa yang enggan terbang

Atau pohon yang tertidur tanpa daun di dahan

Menggigil tanpa selimut, berterpa angin


Aku kehilangan cara

Menatapnya kembali dengan cinta

Memaafkannya

Tanpa hendak tergelincir atau kembali tertikam


Aku kehilangan nyawa

Mimpiku berada di dekatnya telah paripurna


Aku kehilangan jiwa

Menangispun hanya tersisa keluhan lirih

Setak kuasa aku merindukan pelukannya

Sejak aku kehilangan nyawa


Dia kembali, mendekat padaku

Jiwaku telah tiada