Sunday, September 21, 2008

He(s) Who Shaped My History

You might feel that you are not old enough
but you have been so much into the fights

Oh, can anyone tell me, how long have I lived here,
In the land where I have seen so much pain?

It was once, when life had been unkind
I questioned myself on when the fights will be gone

Those days of bruising skins and wounded heart
Those days when knife and broken glasses, literally,
were things those I anticipated every minutes even in my dreams

It was once, when life was unkind
I questioned myself when the rainbow will come
All I saw was clouds and thunderstorm
Of search - of betrayal of faith - of utopia
Of a little girl dreaming of a better place to live

He, who used to have me cry at his back that night,
knew how I shed my tears
for a friend who came back to the street out of weaknesses

He left without saying goodbye,
then one day after we met again and long hours of cigarettes late at night
I knew he loves me always

And another he, who used to take me to the hill to watch the stars
knew how I shed my tears for boundaries built by faith

He left without saying goodbye
then one day after we met again we sat by a lake
He told me he loved me always

He, who used to watch me falling asleep in my red couch
heard the violence that shaped my life so loud

I left without saying goodbye
then one day after we met again he took me for a night ride
He told me that he loved me always

He, who used to place a piece of Ebudae in our night ride
digged deep into my soul and heard
that for whatever reason I wouldn't sell my soul

We separated in pain
then one day when forgiving was there I called him
He was so happy and I know he loved me always
(May you rest in peace, my friend...)

He, who used to sit with me that afternoon by the lake
Saw how I grew up and shaped my faith

We decided to say goodbye
then one day when we met again he said I am still the one and only

And this morning as he sent me a flower at the chat box
He said that I am always the most beautiful girl that he loves

He, who used to run and dance with me after midnight in Jakarta's streets
Knew how fragile I was

He left without saying goodbye
We have never met again ever since he travelled the planet
Now his wife has my eyes and my smile

He, who used to carve my name at every beaches in Bali
knew how much I dreamt of peaceful life

We were in love for so long
Until I decided to say goodbye
Then one day when we met again
We were drawn in cry

He is still special for me
And I remain the same for him

He, who used to patch my luggages in his yellow car
knew how much I seek for love out of desperation

He disappeared.
Then one day when we met again
We smiled at each other, and in sudden we know that we can be good friends

He, who used to sit next to the fire with me at the mountains
Once said that I am a diamond unseen

He, who used to sit with me on the roof of our office
Watched me grow and glow

He, who used to be with me watching the sunsets from the highest spot in my town
knew how I shed my tears for every little things that shaped my life

He, who used to embrace my weary head at long nights in hospital
Knew how much I struggle towards my metamorph

So many Hes in my path
With one thing in common:
Valedictions

Then thousands of hopes heard my messages
Of self esteem, of actions to be done
Of restlesness of a mind
Of a longing to be me

Me that I want to be
Where episodes of He(s) would be just memory
In the name of my soul
In the name of my strength
In the name of dignity

I want to redeem the victory
Take of my handcuff
And set myself free

From traps of romantic ruptures
From romance and erotica
From utopia
From catastrophes of two sexes' crash

I'm longing for a big bang that would shape my universe
as a place where I can breathe
as a place where I can live

As they tie theit knots before this year's autumn
I know that I tie my knot to my destiny
As they spelled their oath to the other ladies than me
I know that I spell my oath to me

First,
They are history
Then, my life is my story.

Wednesday, February 20, 2008

Mengapa Wanita

Mengapa wanita dianugerahi tangan yang lembut,
sepasang buah dada,
sebuah rahim,
mulut yang kadang bicara lebih banyak dari laki-laki,
Mengapa wanita punya perasaan yang peka?

Wanita adalah cinta pertama semua manusia
dengan tangannya yang lembut,
dia memberikan kekuatan
mengalirkan bahasa cinta,
membelai, memeluk, menghangatkan
dengan tangannya yang lembut dia berkata pada bayi yang ada di buaian;
"Ibu mencintaimu, ibu akan selalu menjagamu"

Wanita adalah keindahan
seiring jantung yang berdetak-detak,
dari buah dada itu mengalir kehidupan
kesadaran akan keindahan rasa saat kulit yang hangat berdekapan,
bayi di pelukannya tumbuh dalam kehangatan

Wanita adalah ladang
menahan rasa sakit setiap bulan untuk belajar
benih-benih kehidupan ditanam, lalu tumbuh dalam rahim yang mungil
mendepakkan kaki-kakinya di dinding, atau berputar-putar,

kemudian dalam kompilasi seluruh sakit yang telah dipelajarinya,
wanita mengirim benih yang telah tumbuh itu
untuk hidup dan melihat bumi

Wanita adalah guru pertama semua manusia
kata-kata dan perbuatan terangkum dalam jiwa benih yang tumbuh di rahimnya
mulutnya adalah guru,
sekaligus pagar pelindung yang menjerit
menghentikan langkah-langkah kaki mungil yang berlari mendekat bahaya

Saat menumbuhkan manusia,
kata-katanya membangun pikir,
memberi makna tentang baik-buruk,
mengantarkannya dalam mimpi indah bersama dongeng yang dibaca sebelum terlelap

Wanita tahu saat bahaya mendekat
Wanita tahu saat belahan jiwanya menangis
Jiwa yang peka membuatnya tahu apa yang harus dilakukan
buat bertahan hidup dan memberi kehidupan...

"Puisi lama yang tertemukan"
ditulis di Champs sur Marne,27 Februari 2006

Thursday, November 29, 2007

Selamat Pagi, Tuhan

Selamat pagi, Tuhan,

Kemana perginya orang-orang yang berkata bahwa mereka mencintaiku

Namun tak pernah bersamaku saat aku butuh pelukan?


 

Kusapa Kau pagi-pagi, saat mentari mengintip di balik tirai

Cahaya keemasan yang membuatku makin merasa sepi

Karena saat aku tidur maupun terbangun tak pernah ada seorang pun di sisi


 

Selamat pagi, Tuhan,

Aku merindukan kata-kata cinta,keberadaan dan kasih yang terejawantahkan

Bukan kata-kata yang terucap lewat telepon malam-malam

Atau pesan-pesan yang menjemukan, ajakan kencan atau tatapan sayang


 

Aku merindukan yang bisa selalu ada

Saat aku butuh atau tak butuh

Saat aku terisak atau terdiam

Saat aku tertawa dan berbagi matahari yang cerah


 

Selamat pagi Tuhan,

Tampaknya aku benar-benar kesepian

Hari berlalu, Kau tak tampak namun selalu ada saat kurindukan

Mengisi hati saat kesepian

Saat mereka yang pernah mencintaiku melangkah, menjauh perlahan-lahan


 

Dan aku berdiri dalam senyap

Di situlah kutemukan keberadaan-Mu

Keabadian-Mu

Kesetiaan-Mu

Menemani malam-malam kelam


 

Seandainya aku bisa memelukmu Tuhan, dengan tubuhku Kau akan kupeluk erat-erat

Kurebahkan kepala, kudamaikan hati, kuhentikan Tanya yang tak pernah terjawab

Mengapa mereka yang berkata mencintaiku tak bernah datang saat aku sangat, sangat, sangat kesepian…


 

Selamat pagi Tuhan,

Hari ini aku merasa, seperi biasa saat aku telah lama terlupa,

Kau adalah satu-satunya teman dalam rasa kehampaam

Tuesday, April 24, 2007

Serupa Nir-warna

Sewarna kelabu
menemukan diri terkadang begitu melelahkan
Hari ini aku ingin bersandar
menjadi rapuh dan merepih
atau menangis saja perlahan-lahan

Sewarna ungu
aku tak ingin bangun dan merasa kecewa
melihat hari-hari yang kabur atau mencela
sekedar merasa terkurung, merana atau tiada
Hari ini aku ingin berbaring,
terus pejamkan mata atau memalingkan muka

Sewarna merah
aku ingin mengungkapkan marah
meliar atau membabi buta
mengucapkan segala yang terdesak, mendesak atau didesakkan
Hari ini aku ingin berteriak
terus berteriak sampai dadaku terasa lega

Sewarna kuning
aku ingin membara
menghidupkan hati yang hampir punah
hari ini aku ingin terbangun
membuka mata dalam rasa bahagia

Sewarna putih
aku ingin melapangkan dada
membakar habis gelisah dan kerinduan
menyingkirkan jauh-jauh perasaan lama
melupakan cinta, melupakan keinginan, melupakan perjuangan
atau melupakan hidup

dan putih, biarkan putih saja yang meraja
biar saat ini aku tak lagi bicara tentang hari, tenggat dan makna
biar saat ini aku tak mengenal keharusan, kewajiban atau harapan-harapan
biar saat ini aku hidup untuk aku
biar saat ini malam atau siang menjadi milikku
biar tak ada lagi tanya, sesal atau pujian

Biar aku menjadi aku
Putih saja, nir-warna
tanpa warna, mungkin hidupku lebih damai dari sebelumnya...

Priaku

Memaku tatap
Merengkuh bahu mungilku
Mengucap salam
Aku memejamkan mata

Dulu,
Sapa untukku lebih dari itu

Mentertawakan hari
Membalas pandang
Sesekali beradu kata

Dulu,
Kata-kata untukku lebih dari itu

Aku masih mengenang matanya yang penuh cinta
Tatapannya yang teduh
Dan rautnya yang menenangkan

Dulu,
Wajah teduh itu menatapku dengan penuh cinta

Aku mendengar kata-katanya
kupejamkan mata
Alunan yang sama, hanya hari ini tanpa cinta

Dulu,
Suara itu membuatku tersenyum bahagia

Bila boleh aku berhitung
Aku ingin menghitung hari-hari yang mungkin kulewatkan bersamanya

Bila boleh aku memohon
Aku akan memohonkan saat-saat sederhana bersamanya

Bila boleh aku mengucapkan harap
Aku berharap waktu membeku saat dia di hadapan

Bila ada keajaiban
Aku ingin cinta kembali hidup di genggaman

Memaku tatap
Merengkuh bahu mungilku
Mengucap salam
Aku memejamkan mata

Dia di hadapan
Priaku tak lagi priaku
Dia menggenggam tanganku
Priaku tak lagi priaku
Bahkan waktu tak kunjung membeku

Priaku dulu, kini sahabatku*


*Ketukan jantungku masih seperti saat itu. Tahukah kamu?

He is...

too charming to ignore
too unforgettable to forget
too lovely to hate
too wise to argue
too delicate to leave behind
too sad to remember
too hopeless to hope for
too far to reach
too perfect for unperfect me

He is precious.
Maybe that's the only conclusion
He is out of reach
Maybe that's the only regret I own

Randomize

Random feeling
as Jakarta is washed by rain
and step by step I know that I will meet you again

I remember when we cuddled under the pouring rain
I remember when autumn breeze caress our veins
I remember when we watched the waves, sun, and ocean

Random feeling
and you look always the same
and my heart beats as it was again

Yet a different story is told
you are far, far out of reach
As what I have supposed to realize
After one, two, three years

I will never be good enough
Even I might have been a goddess somewhere in other space
But seeing you again waives me a bitter sense of loneliness

You are part of the past
when my inner willingness would love to drag you
"be part of my future smiles, my hope" my whisper gone

I miss being under the rain with you
I miss silent moments before the sunrise or sunsets with you
will you be there someday?

I need to randomize my expectations
You are a random figure in my mind now
(but still, I miss you)

Wednesday, September 27, 2006

Selamat Pagi, Kekasihku!

Memahami hari

tubuhku mengisut

Mulai tak tampak meski aku berdiri di ujung jalan

Dia yang kukenal melintas tak lagi membagi sapa

Aku tak terlihat meski pagi masih benderang

Dan saat malam senyap bahkan teriakanku tak lagi terdengar

Bagaimana aku bisa berharap mereka menyapaku ‘selamat pagi’

Bila meski aku tampak ganjil pun

Tak ada yang bertanya kepadaku

"mengapa kamu berdiri di situ ?"

Merutuki hari

Mungkin tubuhku tak indah lagi

Atau nasib baik telah menepi

Lelah singgah di hati rapuh

Atau jiwa yang membusuk dengan sakit hati

Kupikir aku telah lupa bagaimana seharusnya aku tersenyum

Dan benarlah adanya, tubuhku mengisut

Dalam balutan massa jiwa yang mengerdil

Aku terpaku di sini

Memaki hari,

Mengapa mimpi-mimpi tak juga terpenuhi

Padahal aku cuma kangen kecupan ringan di pipi

tepukan hangat di bahu

dan ucapan

"selamat pagi kekasihku!"

(rasanya aku makin menua...)

Dan Dia Menatapku

Hatiku beku

gelincir licin tanah yang mengeras di Roche sur Foron

atau Paris pada suatu pagi

Aku rindu butiran salju saat pagi di jendelaku

Putih yang bersih, indah dan damai


Dan dia menatapku

Tangannya seperti akan merengkuhku

Hatiku beku

Seperti jemari yang kaku

saat langkah tertera di Carroussel du Louvre

Di hari yang mendung dan Eiffel tampak kelabu


Dan dia berjalan mendekatiku

Matanya seperti akan memelukku

Hatiku beku

Seperti angsa-angsa yang enggan terbang

Atau pohon yang tertidur tanpa daun di dahan

Menggigil tanpa selimut, berterpa angin


Aku kehilangan cara

Menatapnya kembali dengan cinta

Memaafkannya

Tanpa hendak tergelincir atau kembali tertikam


Aku kehilangan nyawa

Mimpiku berada di dekatnya telah paripurna


Aku kehilangan jiwa

Menangispun hanya tersisa keluhan lirih

Setak kuasa aku merindukan pelukannya

Sejak aku kehilangan nyawa


Dia kembali, mendekat padaku

Jiwaku telah tiada

Promise Me

You were the promise of an early winter

Times when we cuddled

You and I against the world

Two of us

You were the promise of the spring time

Spring blossoms

Warmer sunset

You and I against the world

We were one

You were the promise of summer

Holding your hands

Cherish the freedom of the blue ocean

You and I against the world

Two of us were one

Then in autumn you came

Promise me a knot that is called a wedding

Colder days

Warmer dreams

You and I against the world

Two of us were strong and defined


Promise me

Was the utterance I have never utter

Why today I feel like lose you?

Aki No Hi

Merah

Daun-daun luruh bersiap untuk mati

Merambahi bumi bertebaran seiring angin

Saat matahari menyepi

Tak ada yang mau hinggap di sini,

Semua beranjak pergi

Dan bila kematian terlihat indah

Itulah paradoks kehidupan

Menanti tak bermakna tanpa menjalani

Sesungguhnya ada saat kutak mampu berpindah

meski aku benci hari ini

Cokelat

Dan daun-daun membusuk di atas bumi

Hutan jadi sepi

Saatnya dahan berderak tenang menantang langit

Sendirian, tanpa daun atau burung yang biasa menemani

Tak ada nafas kehidupan hari ini

Dan angin menderu-deru,

Bertanya pada bumi apa di akan mampu

Hidup kembali setelah musim ini

ada saat kita tersakiti

tanpa mampu beranjak pergi

Aki no hi

Repetisi.

Aki No Hi

Merah

Daun-daun luruh bersiap untuk mati

Merambahi bumi bertebaran seiring angin

Saat matahari menyepi

Tak ada yang mau hinggap di sini,

Semua beranjak pergi

Dan bila kematian terlihat indah

Itulah paradoks kehidupan

Menanti tak bermakna tanpa menjalani

Sesungguhnya ada saat kutak mampu berpindah

meski aku benci hari ini

Cokelat

Dan daun-daun membusuk di atas bumi

Hutan jadi sepi

Saatnya dahan berderak tenang menantang langit

Sendirian, tanpa daun atau burung yang biasa menemani

Tak ada nafas kehidupan hari ini

Dan angin menderu-deru,

Bertanya pada bumi apa di akan mampu

Hidup kembali setelah musim ini

ada saat kita tersakiti

tanpa mampu beranjak pergi

Aki no hi

Repetisi.

Friday, April 21, 2006

Hari-Hari Perempuan

kelembutan
terajarkan, seharusnya sempurna
seorang perempuan bertutur
berjalan tertunduk

mendahulukan lelaki
meski surga kelak ada di telapak kaki
bagi anak-anak yang terlahirkan
setelah bersama dengan seorang lelaki

berjalan dalam ingatan
lelaki yang tak baik
adalah lelaki yang tak cukup dibahagiakan
karena perempuan yang tak cukup baik

dan bila dia cukup cerdas buat menyanggah
maka tak selayaknya dia berkata tentang yang dirasa
karena perempuan adalah kelembutan
dan kelembutan bermakna tanpa perselisihan

saat dia berbinar
yang menatapnya berkata
"demi kebaikan kami,
kalian tak selayaknya membuka diri"
"kalian tak selayaknya keluar malam-malam"

bolehkan perempuan menjawab
"demi kebaikan kami, jaga pikiran kalian"?
atau,
"nafkahi kami selayaknya, maka kami tak harus bekerja sampai malam"?

ah perempuan,
sungguh sulit membuat mereka yang perempuan
maupun tak perempuan mendengarkan
sungguh sulit saat masing-masing kaki berdiri di rumah dan di jalan

ribuan perempuan berdiam di rumah yang sama
tak pergi karena mencinta
bertahan karena anak-anaknya
meski tersayat kulit dan hatinya

masih diam dalam gelap
dalam kuasa-kuasa yang seharusnya menyinari jalan
tak banyak perempuan yang telah berdiri dalam terang

(tertulis di hari Kartini di Paris yang berlalu tanpa kebaya, dan setelah berkunjung ke blog seorang mantan putri Indonesia yang meributkan putri Indonesia lainnya. Menyedihkan. Dalam kuasa yang dimilikinya, dia tak pernah benar-benar bicara untuk putri-putri Indonesia sesungguhnya, yang tinggal di panggung kehidupan)

Wednesday, April 12, 2006

commenting and trackback have been added to this blog.