Wednesday, September 27, 2006

Selamat Pagi, Kekasihku!

Memahami hari

tubuhku mengisut

Mulai tak tampak meski aku berdiri di ujung jalan

Dia yang kukenal melintas tak lagi membagi sapa

Aku tak terlihat meski pagi masih benderang

Dan saat malam senyap bahkan teriakanku tak lagi terdengar

Bagaimana aku bisa berharap mereka menyapaku ‘selamat pagi’

Bila meski aku tampak ganjil pun

Tak ada yang bertanya kepadaku

"mengapa kamu berdiri di situ ?"

Merutuki hari

Mungkin tubuhku tak indah lagi

Atau nasib baik telah menepi

Lelah singgah di hati rapuh

Atau jiwa yang membusuk dengan sakit hati

Kupikir aku telah lupa bagaimana seharusnya aku tersenyum

Dan benarlah adanya, tubuhku mengisut

Dalam balutan massa jiwa yang mengerdil

Aku terpaku di sini

Memaki hari,

Mengapa mimpi-mimpi tak juga terpenuhi

Padahal aku cuma kangen kecupan ringan di pipi

tepukan hangat di bahu

dan ucapan

"selamat pagi kekasihku!"

(rasanya aku makin menua...)

Dan Dia Menatapku

Hatiku beku

gelincir licin tanah yang mengeras di Roche sur Foron

atau Paris pada suatu pagi

Aku rindu butiran salju saat pagi di jendelaku

Putih yang bersih, indah dan damai


Dan dia menatapku

Tangannya seperti akan merengkuhku

Hatiku beku

Seperti jemari yang kaku

saat langkah tertera di Carroussel du Louvre

Di hari yang mendung dan Eiffel tampak kelabu


Dan dia berjalan mendekatiku

Matanya seperti akan memelukku

Hatiku beku

Seperti angsa-angsa yang enggan terbang

Atau pohon yang tertidur tanpa daun di dahan

Menggigil tanpa selimut, berterpa angin


Aku kehilangan cara

Menatapnya kembali dengan cinta

Memaafkannya

Tanpa hendak tergelincir atau kembali tertikam


Aku kehilangan nyawa

Mimpiku berada di dekatnya telah paripurna


Aku kehilangan jiwa

Menangispun hanya tersisa keluhan lirih

Setak kuasa aku merindukan pelukannya

Sejak aku kehilangan nyawa


Dia kembali, mendekat padaku

Jiwaku telah tiada

Promise Me

You were the promise of an early winter

Times when we cuddled

You and I against the world

Two of us

You were the promise of the spring time

Spring blossoms

Warmer sunset

You and I against the world

We were one

You were the promise of summer

Holding your hands

Cherish the freedom of the blue ocean

You and I against the world

Two of us were one

Then in autumn you came

Promise me a knot that is called a wedding

Colder days

Warmer dreams

You and I against the world

Two of us were strong and defined


Promise me

Was the utterance I have never utter

Why today I feel like lose you?

Aki No Hi

Merah

Daun-daun luruh bersiap untuk mati

Merambahi bumi bertebaran seiring angin

Saat matahari menyepi

Tak ada yang mau hinggap di sini,

Semua beranjak pergi

Dan bila kematian terlihat indah

Itulah paradoks kehidupan

Menanti tak bermakna tanpa menjalani

Sesungguhnya ada saat kutak mampu berpindah

meski aku benci hari ini

Cokelat

Dan daun-daun membusuk di atas bumi

Hutan jadi sepi

Saatnya dahan berderak tenang menantang langit

Sendirian, tanpa daun atau burung yang biasa menemani

Tak ada nafas kehidupan hari ini

Dan angin menderu-deru,

Bertanya pada bumi apa di akan mampu

Hidup kembali setelah musim ini

ada saat kita tersakiti

tanpa mampu beranjak pergi

Aki no hi

Repetisi.

Aki No Hi

Merah

Daun-daun luruh bersiap untuk mati

Merambahi bumi bertebaran seiring angin

Saat matahari menyepi

Tak ada yang mau hinggap di sini,

Semua beranjak pergi

Dan bila kematian terlihat indah

Itulah paradoks kehidupan

Menanti tak bermakna tanpa menjalani

Sesungguhnya ada saat kutak mampu berpindah

meski aku benci hari ini

Cokelat

Dan daun-daun membusuk di atas bumi

Hutan jadi sepi

Saatnya dahan berderak tenang menantang langit

Sendirian, tanpa daun atau burung yang biasa menemani

Tak ada nafas kehidupan hari ini

Dan angin menderu-deru,

Bertanya pada bumi apa di akan mampu

Hidup kembali setelah musim ini

ada saat kita tersakiti

tanpa mampu beranjak pergi

Aki no hi

Repetisi.